TUGAS
INDIVIDU – BIOGRAFI
Disusun Oleh : Aulia Gustrianda
NPM : 10221363
Kelas :
1EA17
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Ibu Siti Ismayanti Rahmi
BIOGRAFI
CHAIRIL ANWAR
Chairil
Anwar adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia
diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B.
Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Chairil
Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 26 Juli 1922, meninggal di
Jakarta pada tanggal 28 April 1949 pada umur 26 tahun, dijuluki sebagai
"Si Binatang J4lang" (dari karyanya yang berjudul Aku),
Sebelum
pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940 Chairil
lahir dan dibesarkan di Medan, di Batavia ia mulai menggeluti dunia sastra.
Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus
menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian,
individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.
KEHIDUPAN
Chairil
Anwar merupakan anak satu - satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha yang
dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. keduanya orang tuanya
berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir
ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian
keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak
tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap
keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari
kepribadian orang tuanya.
Pendidikan
sekolahnya dimulai dengan mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School
(HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda.
Setelah itu meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Dia menghentikan pendidikannya saat berusia 18 tahun. Chairil mengatakan
bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.
Setelah
perceraian orang tuanya yaitu Pada usia 19 tahun, Chairil bersama ibunya pindah
ke Batavia (sekarang Jakarta) dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau
telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat
menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti
Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi waktunya dengan membaca karya - karya
pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden,
Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron.
Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak
langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia.
KISAH
Setelah
pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942 nama Chairil mulai
terkenal dalam dunia sastra, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Hampir semua
puisi - puisi yang ia tulis merujuk pada kematian. Namun saat pertama kali
mengirimkan puisi - puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak
yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan
semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Ketika menjadi penyiar
radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir
hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya dan hanya
pada puisilah perasaannya terhadap Sri Ayati dituangkan. Puisi - puisinya
beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan
tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Kemudian ia memutuskan untuk menikah
dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946. Mereka dikaruniai seorang putri
bernama Evawani Alissa, namun bercerai pada akhir tahun 1948.
AKHIR HIDUPNYA
Chairil
meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April 1949;
penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena
penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet
Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa.
Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus
sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil telah
menyadari akan mati muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi
berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus".
KARYA CHAIRIL ANWAR
Karya yang pernah
ditulis semasa hidup Chairil telah menghasilkan sekitar 94 karya, termasuk 70
puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir
Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949,
sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi. Semua
tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak, dikompilasi
dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Kompilasi pertama
berjudul Deru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam Yang
Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi
dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).
SUMBER LINK:
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2013/07/chairil-anwar.html?m=1

Tidak ada komentar:
Posting Komentar